Sejarah Desa

A. SEJARAH DESA

1. Legenda Desa TAMBAKSELO

Tambakselo secara etimologi berasal dari kata Tambak dan Selo “tambak” yang berarti “bendung” dan “selo” yang berarti “batu”. Karena Desa Tambakselo pernah terkena bencana banjir bandang, yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan pada bendungan tersebut dan di era tahun 2000-an mengalami pendangkalan serta tertutup oleh material-material yang mengendap.

Tambakselo merupakan daerah yang pada zaman dahulu berdekatan dengan bantengan (istilah familiar sampai sekarang) atau banteng yang berasal dari kata benteng yang berarti bendungan aliran sungai yang bahan baku dasarnya menggunakan batau atau batu bata besar dan semen seperti halnya bangunan-bangunan peninggalan belanda lainnya, “bendungan bantengan” tepatnya terletak disebelah selatan Dusun Jatisari atau di sebelah utara Dusun Jatisemen. Sejarah munculnya desa tambakselo bermula dari zaman penjajahan belanda yang sebelumnya masih terpecah-pecah menjadi beberapa desa-desa kecil. Adapun desa-desa tersebut adalah :

  1. Ragem-Tumpuk 2(dua) Dusun yang menjadi 1(satu) Desa dengan Kepala Adat/Kepala Pemerintahan berada di Dusun Tumpuk.
  2. Jatitengah-Kenteng-Gading-Gadon adalah 1 (satu) Desa dengan Kepala Adat/Kepala Pemerintahan berada di Dusun Jatitengah yang sampai saat sekarang masih terdapat prasasti berupa tugu tepatnya berada di depan rumah bapak Sareh Joko Prasetyo yang sekarang menjabat sebagai Kepala Desa.
  3. Bangsri-Krajan-Wonorejo adalah 1(satu) Desa dengan Kepala Adat/Kepala Pemerintahan berada di Dusun Krajan.
  4. Tambakrejo-Jatisari-Jatisemen-Welahan adalah 1(satu) Desa dengan Kepala Adat/Kepala Pemerintahan berada di Dusun Jatisari.
  5. Khusus untuk Dusun Sendangwaru pada waktu itu belum ada dan masih berupa hutan.

Seiring dengan perkembangan zaman, penjajah belanda mulai menancapkan kuku-kuku feudal. Dan dengan politik “de vide et impera”nya belanda berhasil menyatukan ke-empat wilayah tersebut menjadi satu desa dengan nama “Tambakselo”.

2. Sejarah Pemerintahan dan Pembangunan Desa Tambakselo

a.   Sejarah Pemerintahan Desa Tambakselo

Pemerintahan Desa Tambakselo yang sempat tercatat dalam sejarahnya paling tidak sudah pernah dipimpim 6(enam) Kepala Desa. Adapaun urut-urutanya adalah sebagai berikut :

    1. Nolobuwono,

          Pada masa ini bentuk pemerintahan masih menganut paham feodal karena berada pada zaman penjajahan Belanda.

    1. Parmin,

          Pada masa pemerintahan ini, kegiatan administrasi desa mulai terbentuk karena sudah ada carik/sekdes definitif akan tetapi belum ada yang diakui secara de-yure untuk posisi kepala urusan, hanya Kepala Dusun yang diberi mandat sebagai YMT Urusan.

    1. Supardi,

          Pada masa pemerintahan ini, kegiatan administrasi desa sudah berjalan dengan baik karena memiliki carik/sekdes lulusan dari sekolah kearsipan akan tetapi, untuk posisi kepala urusan posisinya masih dirangkapjabatkan oleh Kepala Dusun. Jadi satu orang bisa punya dua SK penetapan.

    1. Mahfud Hayyun,

          Pada masa pemerintahan ini, kegiatan administrasi desa sudah berjalan dengan baik karena memiliki carik/sekdes lulusan dari sekolah kearsipan dan 2 (dua) KAUR yaitu KAUR Umum  dan KAUR Kesra. akan tetapi, untuk posisi Kepala Urusan posisinya masih dirangkapjabatkan oleh Kepala Dusun yang ditunjuk Kepala Desa untuk membantu pengadministrasian Desa.

    1. Sodiqin

          Pada masa pemerintahan ini, carik/Sekdes sudah pensiun sehingga Kepala Desa berinisiatif mengangkat Kadus potensial untuk membantu kegiatan yang berhubungan dengan desa.

    1. Sareh Joko Prasetyo.

          Pola pemerintahan Desa Tambakselo menggunakan pola maksimal untuk struktur pemerintahan desa, dan pada masa pemerintahan ini sebagian kekosongan perangkat desa sudah mulai terisi sejak awal januari 2014. Diantaranya ; 1) KAUR EKBANG, 2) KAUR KESRA, 3) KAUR KEUANGAN. Maka sudah barang pasti dalam hal pelayanan dan ketatapemerintahannya dirasa masih banyak kekurangan.

  1. Sejarah Pembangunan Desa Tambakselo

Hampir semua Desa yang ada di wilayah Jawa punya tempat penyimpanan hasil pertanian yang sering disebut dengan istilah lumbung, begitu juga Desa Tambakselo.  Malangnya, sejak tahun 1985 lumbung padi Desa Tambakselo beralih fungsi menjadi gedung pertemuan karena mengalami kebangkrutan/pailit yang disebabkan oleh pola hidup dan budaya masyarakat yang mulai berubah.

Dalam segi pembangunan infra struktur desa, Desa Tambakselo mulai bergeliat hidup sejak ada program listrik masuk desa pada awal tahun 90-an. Sejak saat itu masyarakat mulai belajar mengenal dunia luar.

Sedangkan fasilitas gedung dan prasarana jalan, sejak era kepemimpinan Bapak Parmin sampai Bapak Mahfud Hayyun, belum bisa dirasakan hasilnya karena Desa Tambakselo masih bergantung pada bantuan dari Pemerintah Daerah.

Berawal pada era kepemimpinan Bapak sodiqin sampai pada saat sekarang ini, pembangunan-pembagunan sudah mulai kelihatan ada karena pembiayaan kegiatan desa bisa ditopang dari hasil lelang tanah bondo desa yang semakin baik dan dana-dana bantuan dari Pemerintah. Akan tetapi hal itu belum bisa maksimal karena Desa Tambakselo merupakan Desa terluas se-Kecamatan Wirosari yang terbagi menjadi 14 Dusun dengan 11 Dusun yang punya Kepala Dusun.

Khusus untuk pembangunan infra struktur jalan Desa dari Dusun Bangsri sampai Dusun Ragem, Pemerintah Desa Tambakselo belum mampu mengupayakan perbaiakan karena jarak yang terlalu panjang dan tingkat kerusakan yang akut.

  1. Tahun Kejadian Yang Baik Dan Kejadian Yang Buruk

Desa Tambakselo pernah mengalami zaman keemasan dimana pada waktu itu sosok ternama dan termasyhur muncul. Beliau adalah Al-Magfurllah Simbah Syech Maulana Habibah (Dusun Jatisari) yang masih punya pertalian darah dengan Syech Mutamaqin (Kajen-Pati). Pada masa itu Desa Tambakselo menjadi pusat orang menimba ilmu agama.

Desa Tambakselo juga pernah mengalami tahun kejadian yang buruk, yaitu banjir bandang dari hutan sebelah utara Desa Tambakselo sehingga mengubah arah arus sungai yang pada akhirnya dusun Jatisari terpaksa eksodus dari sebelah barat sungai ke sebelah timur sungai yang melewati dusun.